Mengenal Siapa Pembawa Bendera Paskibra Jombang

Erlina Puspitaningrum (Depan) memimpin pasukan delapan./Munthis Stanislavski

beritajombang.net, JOMBANG - Paras ayu dengan badan badan tinggi semampai. Membuat perempuan ini menonjol dalam barisan Pasukan Pengibar Bendera atau Paskibra dalam Upacara Peringatan Proklamasi Indonesia ke 68 tahun di Kabupaten Jombang. Erlina Puspitaningrum, peserta didik jurusan IPA kelas XI SMA Negeri 2 Jombang ini terpilih membawa bendera puasaka merah putih dalam upacara detik-derik proklamdi di Aloon-aloon Jombang.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini sudah mempunyai keinginan masuk dalam Paskibra tingkat kabupaten. Hal ini termotivasi karena kakak angkatannya di sekolah sebelumnya juga mampu menjadi Paskibra saat upacara 17 Agustus. Langkah pertama untuk mewujudkan impiannya adalah menekuni Paskibra. Memahami dasar-dasar baris-berbaris dan pilihan ektrakulikuler di sekolah pun Paskibra sehingga semakin menajamkan kemampuannya.

“Sejak duduk di kelas XI saya sudah ikut Paskibra di sekolah. Itu setelah melihat anak SMA Negeri 2 Jombang menjadi pengibar di Aloon-aloon,” ungkap Erlina, di sela istirahat latihan.

Proses panjang harus ditempuh saat seleksi sebelum masuk dalam pasukan delapan. Mulai tes kesehatan dan fisik pun dijalani bertahap. Baginya ini merupakan suatu angan-angan yang harus terwujud sebab hanya bisa dilakukan sekali seumur hidupnya. Pilihannya ini juga didukung penuh oleh orang tuanya yang tinggal di Desa Puton, Kecamatan Diwek. Bentuk dukungannya pun bermacam, mulai rela mengantarkan setiap kali latihan atau terus memberikan wejangan positif karena latihan yang sangat menguras tenaga tersebut.

Perempuan bertinggi 164 centimeter ini menuturkan, “Setiap latihan selalu diantarkan oleh orang tua. Termasuk saat 21 kali pertemuan latihan menjadi anggota Pakibra.”

Mengenai pembagian jam belajar di sekolah dan di rumah tidak terganggu. Erliana selalu menyempatkan untuk belajar. Walaupun tubuh sudah terasa sangat lelah, ia tetap berusaha belajar supaya tidak tertinggal dengan teman sekelas. Waktu yang di pilih adalah malam hari setelah semua kegiatan belajar di sekolah dan latihan Paskibra selesai. Itulah yang menurutnya cukup sulit dan berat karena persiapan dan latihan yang dilakukan selama Bulan Ramadhan 1434 Hijriyah lalu. Meski sudah banyak keringat bercucuran dan tenggorokan mulai terasa kering ia berusaha tetap menjaga puasanya hingga bedug Magrib di tabuh. Bahkan lebaran tidak bisa berlama-lama karena harus kembali latihan yang terpusat. 12 jam penuh berlatih dari pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB.

“Puasa tetap latihan. Semakin berat karena latihannya mulai pukul 14.00 WIB sampai 17.00 WIB. Saya hanya bisa menelan ludah saja kalau haus karena sedang puasa,” terang Erlina yang bercita-cita menjadi dokter setelah ini.

Akhirnya perjuangan panjangnya terbayar ketika ia ditunjuk pelatih menjadi pembawa bendera pusaka merah putih. Ada perasaan tidak percaya sebelumnya tetapi ia harus meyakini jika dirinya mampu mengemban tugas yang istimewa itu. Semangatnya semakin menumpuk untuk memberikan yang terbaik kepada seluruh anggota Paskibra. (dra/lar)

Related News

Tidak ada komentar:

Leave a Reply